Sebelum anda berusaha untuk membaca ini lebih jauh, saya anjurkan untuk membaca bismillah dan menguatkan mata anda agar tidak kelilipan karena tulisan tulisan di blog ini meruapakan tulisan hasil ekskresi otak yang gak karuuan dan saya pun gak tau punya otak apa enggak, serta jangan panik, maka berdoalah sebelum membaca hasil coretan iseng ini

Jumat, 26 September 2014

DPR = Dewan Perwakilan Rampok

Aku ingat, saat aku masih kecil. Sekitar kelas 3 SD. Aku pernah ditanya guru-ku perihal PPKn. Beliau menanyakan kepada aku, siapa nama Walikota Sidoarjo. Kebetulan, karena aku tinggal di Sidoarjo. Aku malu, celingak-celinguk berusaha mencari jawaban dari teman sebelahku. Ternyata, Dia juga tidak tahu.

Ini bukan masalah usia ku yang masih kecil atau udah gede. Tapi ini masalah, apakah pemimpin nya, dikenali atau tidak. Sekarang, anak SD sebagian besar tau, siapa kepala daerah mereka. Baliho, poster dimana-mana, sekedar menunjukkan simpati dan saling promo saat Pilkada langsung. Pemimpin memang harus kita kenali, karena pemimpin itu untuk dikenali, dan mereka mengenali kita.

Aku gak pengen, anak kecil sekarang akan lupa bahkan tidak tahu nama pemimpin nya. Karena, pemimpin mereka dipilih oleh DPRD. Aku jadi ngat masa kecil ku yang gak tau nama kepala daerah ku.


***
 
Dewan Perwakilan Rampok.

Istilah yang digunakan para aktor dalam Film "Comic 8' Yang sudah tayang beberapa bulan yang lalu. Menurutku, istilah ini, kembali bisa disematkan lagi.

Aku takjub, aku juga terharu, melihat perjuangan para wakil rakyat kita saat membahas RUU Pilkada tempo hari. 

Sejak pagi mereka berkumpul dan membahas, Apa yang paling baik untuk diputuskan. Berdiskusi alot dari pagi hingga dinihari. Untuk mencapai kata sepakat dan mufakat. Keributan, kericuhan, dan saling tumpang tindih argumen mewarnai rapat yang berlangsung.

Rasa kantuk memang bukan halangan untuk mengehntikan diskusi kalian. Tapi apakah rasa peka terhadap kami. Rakyat. Sudah kalian lupakan?

Kami ingin memilih pemimpin kami sendiri. 

Rapat panjang diatas kursi empuk dengan suara sound sistem yang ramai karena limpahan gagasan dan tumpukan interupsi. Hanya selesai dengan Voting di akhir. 

Taraaaa!

Pemilihan Kepala Daerah akan diwakilkan oleh DPRD.

Kemunduran Demokrasi. Terimakasih telah me'rampok' hak demokrasi kami. Sebentar lagi, MUNGKIN kita akan mendengar anak-anak kecil bertanya kepada orang tuanya "Siapa walikota ku?" dan orang tua menjawab "Bapak tidak tahu nak"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komen kamu buat saya lebih rajin menulis